Swiss - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa adalah hal yang salah untuk memberlakukan larangan perjalanan ke dan dari Tiongkok di tengah pecahnya wabah virus corona 2019 (2019-nCoV) yang baru terjadi.
Pernyataan itu muncul setelah Inggris meminta warga Inggris meninggalkan Tiongkok, tempat asal virus itu muncul.
“Kami mendorong semua negara untuk membuat keputusan berdasarkan bukti, bukan hanya liputan menyeluruh. Karena bahkan di Tiongkok, ada beberapa provinsi dengan sangat sedikit kasus,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.
WHO telah menyerukan kepada negara-negara untuk tidak memberlakukan larangan perjalanan dan pembatasan perdagangan karena virus corona, dengan alasan bahwa ini hanya dapat meningkatkan "ketakutan dan stigma" dalam komunitas internasional.
Ghebreyesus mencatat bahwa sebagian besar kasus 2019-nCoV hanya di provinsi Hubei, pusat virus muncul.
“Menganggap Tiongkok, seolah-olah masalahnya sama di semua provinsi, bisa salah dan itu memang salah. Misalnya, 80% kasus di Tiongkok berasal dari provinsi Hubei. Sehingga pendekatan menyamaratakan kasus mungkin tidak membantu,” katanya seperti yang dilansir CNN Filipina, Kamis (6/2/2020).
Ada lebih dari 30 negara yang telah memberlakukan larangan perjalanan atau travel ke Tiongkok.
WHO melaporkan bahwa ada 24, 363 kasus yang dikonfirmasi di Tiongkok dan 490 kematian. Di luar Tiongkok, ada 191 kasus di lebih dari 25 negara.
“Jumlah kasus yang relatif kecil di luar Tiongkok memberi kita peluang untuk mencegah wabah ini menjadi krisis global yang lebih luas,” kata Ghebreyesus.[JD]
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto: YouTube |
“Kami mendorong semua negara untuk membuat keputusan berdasarkan bukti, bukan hanya liputan menyeluruh. Karena bahkan di Tiongkok, ada beberapa provinsi dengan sangat sedikit kasus,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.
WHO telah menyerukan kepada negara-negara untuk tidak memberlakukan larangan perjalanan dan pembatasan perdagangan karena virus corona, dengan alasan bahwa ini hanya dapat meningkatkan "ketakutan dan stigma" dalam komunitas internasional.
Ghebreyesus mencatat bahwa sebagian besar kasus 2019-nCoV hanya di provinsi Hubei, pusat virus muncul.
“Menganggap Tiongkok, seolah-olah masalahnya sama di semua provinsi, bisa salah dan itu memang salah. Misalnya, 80% kasus di Tiongkok berasal dari provinsi Hubei. Sehingga pendekatan menyamaratakan kasus mungkin tidak membantu,” katanya seperti yang dilansir CNN Filipina, Kamis (6/2/2020).
Ada lebih dari 30 negara yang telah memberlakukan larangan perjalanan atau travel ke Tiongkok.
WHO melaporkan bahwa ada 24, 363 kasus yang dikonfirmasi di Tiongkok dan 490 kematian. Di luar Tiongkok, ada 191 kasus di lebih dari 25 negara.
“Jumlah kasus yang relatif kecil di luar Tiongkok memberi kita peluang untuk mencegah wabah ini menjadi krisis global yang lebih luas,” kata Ghebreyesus.[JD]