Indonesia -Kasus kopi sianida kembali menjadi perbincangan, dan beberapa misinformasi muncul dikalangan. berikut kronologi peristiwa yang terjadi pada 6 Januari 2016.
Rabu, 6 Januari 2016
Wayan Mirna Salihin (27) pingsan setelah minum setelah meminum Vietnamese Iced Coffee di Olivier Cafe. Dia kemudian dibawa ke Klinik Damayanti Grand Indonesia.
Dokter Klinik Damayanti Grand Indonesia, Dokter Joshua mengatakan, tidak ada tanda-tanda yang aneh dari tubuh Mirna saat dibawa ke klinik oleh petugas kafe. Mirna hanya pingsan dan belum meninggal.
Kondisi Mirna saat dibawa ke klinik masih dalam keadaan hidup namun dalam keadaan pingsan, badan masih hangat, pandangan mata kosong, dan masih bisa berinteraksi.
Sejauh pemeriksaan selama di klinik, dr. Joshua tidak melihat adanya tanda-tanda keracunan dalam tubuh Mirna. Reaksi yang biasa muncul bila seseorang keracunan tidak tampak. Denyut nadi Mirna tecatat 80 kali per menit dan pernapasannya juga 16 kali per menit, dan itu adalah hal yang normal.
Tidak ada tanda-tanda keracunan seperti muntah-muntah atau batuk-batuk yang diakibatkan oleh racun yang menyerang pembuluh darah.
Setelah dirawat 5 menit suami Mirna, Arief Soemarko membawa Mirna yang masih hidup ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. - Sbr: Liputan 6 (9 Januari 2016).
Dokter jaga Prima Yudo dari Rumah Sakit Abdi Waluyo memberikan kesaksian bahwa Mirna meninggal pada saat perjalananan menuju rumah sakit, dengan istilah Dead On Arrival sekitar pukul 18.00 WIB dan dinyatakan meninggal secara medis pada 18.30 WIB.
Dr. Prima Yudo menyatakan tak melihat hal yang aneh pada tubuh Mirna. Saat itu, ia hanya melihat kondisi Mirna secara umum pucat.
Kemudian penanganan diambil alih oleh dr. Ardianto dan dilakukan rekam medis. Dari hasil rekam medis Mirna yang diberikan pada Kepolisian diungkapkan bawah bibir korban berwarna kebiruan. - Sbr: CNN (Senin, 29 Agustus 2016)
Dalam kesaksiannya dr. Ardianto mengatakan bahwa tidak ada kejanggalan, hanya bibirnya saja yang warnanya kebiruan. Tidak ada pergerakan nafas, kuku pucat. Dalam kesaksiannya juga terungkap bahwa Hani dan Jessica hadir di sana. - Sbr: Republika (Senin, 29 Agustus 2016)
Keluarga Mirna menolak untuk tindakan autopsi yang disarankan dr. Ardianto. Namun, keluarga meminta dokter untuk melakukan pengambilan cairan lambung. - Sbr: CNN (Senin, 29 Agustus 2016)
Jenazah Mirna dibawa ke Rumah Duka Dharmais untuk dilakukan pembalseman (embalming) oleh dr. Djaja Surya Atmadja. Pembalseman dilakukan karena peraturan yang mengharuskan tindakan tersebut ketika jenazah mau disemayamkan selama 3 hari. Karena adanya penolakkan autoposi dari pihak keluarga maka jenazah Mirna akhirnya dibalsem tanpa didahului oleh autopsi.
Dalam kesaksiannya hingga sekarang, dr. Djaja menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda adanya sianida seperti bau almond pahit pada mulut jenazah Mirna saat dilakukan pemeriksaan sebelum dilakukan pembalseman. Juga tidak ditemukannya kondisi kulit yang kemerahan pada tubuh.
Jenazah Mirna kemudian disemayamkan di ruangan Emerald dan Fluorite. - Sbr: Kompas (Jumat, 8/1/2016)
Sabtu, 9 Januari 2016 (23.25 WIB)
Tengah malam polisi menjemput jenazah Mirna yang sudah di balsem ke Rumah Duka Dharmais dan membawanya ke Rumah Sakit Polri Sukanto di Kramat Jati, Jakarta Timur,untuk dilakukan autopsi. - Sbr: Detik (10 Januari 2016)
Tim Kedokteran Polda Metro Jaya dan Tim Forensik Mabes Polri di Rumah Sakit Polri Sukanto, tidak melakukan autopsi secara menyeluruh.
Tim forensik hanya mengambil sampel empedu, hati, dan lambung untuk mengetahui, apakah tubuh Mirna mengandung zat korosif jenis sianida atau tidak.
Ahli forensik RS Polri Soekanto, dr. Slamet Purnomo, mengaku tidak tahu alasan penyidik kepolisian hanya meminta pihaknya mengambil sampel. - Sbr: CNN (Kamis, 27 Oktober 2016)
Dari kronologi di atas jelas menunjukkan:
1. Mirna tidak langsung meninggal di tempat atau di klinik, tetapi di dalam mobil saat bersama suaminya. Dan dinyatakan meninggal secara medis di RS.Abdi Waluyo.
2. Jenazah Mirna terlebih dahulu dibalsem di Rumah Duka Dharmais 2 hari sebelum dibawa ke RS Polr.
3. Tidak ada autopsi secara menyeluruh pada jenazah Mirna dan hanya ada pengambilan sampel bagian organ tubuh.[JD]