Indonesia - Baru-baru ini masyarakat di Kutai, Kalimantan Timur dihebohkan dengan penemuan seekor tikus besar yang mengeluarkan air liur beracun yang diduga Solenodon, yaitu sejenis tikus primitif raksasa yang berbisa yang sangat langka. Namun, kalangan ilmuwan membantahnya. Tikus itu diyakini tikus bulan (Echinosorex gymnura) atau disebut dengan landak berbulu.
Solenodon selama jutaan tahun tidak mengalami perubahan berarti, hidup semasa dengan dinosaurus. Mungkin, Solenodon bisa dianalogikan dengan komodo yang juga tak banyak berubah. Sementara itu, tikus bulan ialah tikus yang lebih modern.
Solenodon nerupakan tikus yang berbisa, aktif pada malam hari, serta memakan serangga. Solenodon sebenarnya adalah sebuah genus dari tikus.
Publikasi Critters 360 pada 24 Oktober 2010 menyebutkan, saat ini hanya ada dua spesies Solenodon yang tersisa di muka bumi. masing-masing adalah Solenodon paradoxus yang hidup di daratan Eropa serta Solenodon cubanus yang dijumpai di Kuba, Amerika Latin.
Spesies Solenodon arredondoi sebelumnya pernah dijumpai di bagian barat Kuba. Namun, spesies itu telah dinyatakan punah. Sementara itu, spesies Solenodon marcanoi yang hidup di Eropa juga bernasib sama.
Seperti yang dilansir oleh Kompas.com, Senin (25/8/2014), Anang S Achmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan bahwa tidak pernah ada Solenodon yang ditemukan di Indonesia.
Jenis Solenodon cubanus sendiri sempat dinyatakan punah pada tahun 1970. Namun, karena ditemukan kembali pada 1974, status punah akhirnya dicabut dan diganti menjadi terancam punah.
Tahun 2012, seperti dipublikasikan Scientific American, 11 Oktober 2012, tim peneliti dari Ecology and Ecosystem Institute di Havanna dan Miyagi University di Jepang menemukan lagi spesies itu.
Solenodon paradoxus dan Solenodon cubanus berbeda karena tempat hidupnya. Spesies yang hidup di Kuba juga sedikit lebih besar.
Solenodon memakan serangga dan arthropoda lain, seperti lipan. Hewan ini memiliki liur yang beracun, berfungsi untuk mematikan mangsa sebelum memakannya. Meski demikian, Solenodon tak punya perlindungan ekstra untuk proteksi diri dari lawan.
Sementara itu, tikus bulan (Echinosorex gymnura) atau disebut dengan landak berbulu memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil walaupun memiliki kesamaan dengan Solenodon karena memakan serangga serta memiliki liur beracun. Tikus bulan atau landak berbulu saat ini juga belum dikategorikan terancam punah. Ancaman utama tikus ini adalah deforestasi atau penebangan hutan.
Landak berbulu (Echinosorex gymnurus, bahasa Malaysia: tikus ambang bulan, bahasa Inggris: moonrat atau gymnure) adalah seekor spesies mamalia di suku Erinaceidae. Landak berbulu merupakan spesies satu-satunya di marga Echinosorex.
Di alam liar, tikus bulan atau landak berbulu mendiami sebagian besar hutan di Myanmar bagian selatan, Thailand Semenanjung, Malaysia Semenanjung, Kalimantan, dan Sumatra.[JD]
Tikus bulan atau Landa berbulu (Echinosorex gymnurus) |
Solenodon nerupakan tikus yang berbisa, aktif pada malam hari, serta memakan serangga. Solenodon sebenarnya adalah sebuah genus dari tikus.
Publikasi Critters 360 pada 24 Oktober 2010 menyebutkan, saat ini hanya ada dua spesies Solenodon yang tersisa di muka bumi. masing-masing adalah Solenodon paradoxus yang hidup di daratan Eropa serta Solenodon cubanus yang dijumpai di Kuba, Amerika Latin.
Spesies Solenodon arredondoi sebelumnya pernah dijumpai di bagian barat Kuba. Namun, spesies itu telah dinyatakan punah. Sementara itu, spesies Solenodon marcanoi yang hidup di Eropa juga bernasib sama.
Seperti yang dilansir oleh Kompas.com, Senin (25/8/2014), Anang S Achmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan bahwa tidak pernah ada Solenodon yang ditemukan di Indonesia.
Jenis Solenodon cubanus sendiri sempat dinyatakan punah pada tahun 1970. Namun, karena ditemukan kembali pada 1974, status punah akhirnya dicabut dan diganti menjadi terancam punah.
Tahun 2012, seperti dipublikasikan Scientific American, 11 Oktober 2012, tim peneliti dari Ecology and Ecosystem Institute di Havanna dan Miyagi University di Jepang menemukan lagi spesies itu.
Solenodon paradoxus dan Solenodon cubanus berbeda karena tempat hidupnya. Spesies yang hidup di Kuba juga sedikit lebih besar.
Solenodon memakan serangga dan arthropoda lain, seperti lipan. Hewan ini memiliki liur yang beracun, berfungsi untuk mematikan mangsa sebelum memakannya. Meski demikian, Solenodon tak punya perlindungan ekstra untuk proteksi diri dari lawan.
Sementara itu, tikus bulan (Echinosorex gymnura) atau disebut dengan landak berbulu memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil walaupun memiliki kesamaan dengan Solenodon karena memakan serangga serta memiliki liur beracun. Tikus bulan atau landak berbulu saat ini juga belum dikategorikan terancam punah. Ancaman utama tikus ini adalah deforestasi atau penebangan hutan.
Landak berbulu (Echinosorex gymnurus, bahasa Malaysia: tikus ambang bulan, bahasa Inggris: moonrat atau gymnure) adalah seekor spesies mamalia di suku Erinaceidae. Landak berbulu merupakan spesies satu-satunya di marga Echinosorex.
Di alam liar, tikus bulan atau landak berbulu mendiami sebagian besar hutan di Myanmar bagian selatan, Thailand Semenanjung, Malaysia Semenanjung, Kalimantan, dan Sumatra.[JD]