Baghdad - Kekejaman Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State Iraq-Syria atau ISIS terus terjadi. Terakhir Muslim ISIS menculik dan membunuh seorang pengacara Hak Asasi Manusia (HAM) perempuan.
Atas peristiwa tersebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk kekejaman yang telah dilakukan oleh Muslim militan Negara Islam atau ISIS tersebut. Kekejaman tersebut dilakukan ISIS setelah aktivis itu berbicara menentang penghancuran yang dilakukan oleh kelompok itu di Mosul.
Sameera Ali al-Nuaimy diculik dari rumahnya dan disiksa selama lima hari sebelum ditembak mati hari Senin (22/9/2014) di lapangan umum, seperti yang dilamnsir oleh Kompas.com.
Utusan PBB untuk Irak menyebut tindakan Negara Islam itu “pengecut yang tidak terlukiskan.”
The Gulf Center for Human Rights, yakni pusat HAM di Kawasan Teluk, mengatakan kelompok itu kemungkinan membunuh Al-Nuaimy karena pekerjaannya sebagai pembela HAM. Melalui media sosial, Al-Nuaimy juga mengkritisi penghancuran yang dilakukan oleh Negara Islam terhadap situs-situs keagamaan dan budaya di Mosul.
Kelompok militan itu merebut kota terbesar kedua Irak tersebut ketika menyerang wilayah utara negara itu pada bulan Juni, dan memberlakukan versi ekstrim dari apa yang mereka klaim sebagai hukum Islam.
Atas peristiwa tersebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk kekejaman yang telah dilakukan oleh Muslim militan Negara Islam atau ISIS tersebut. Kekejaman tersebut dilakukan ISIS setelah aktivis itu berbicara menentang penghancuran yang dilakukan oleh kelompok itu di Mosul.
Sameera Ali al-Nuaimy diculik dari rumahnya dan disiksa selama lima hari sebelum ditembak mati hari Senin (22/9/2014) di lapangan umum, seperti yang dilamnsir oleh Kompas.com.
Utusan PBB untuk Irak menyebut tindakan Negara Islam itu “pengecut yang tidak terlukiskan.”
The Gulf Center for Human Rights, yakni pusat HAM di Kawasan Teluk, mengatakan kelompok itu kemungkinan membunuh Al-Nuaimy karena pekerjaannya sebagai pembela HAM. Melalui media sosial, Al-Nuaimy juga mengkritisi penghancuran yang dilakukan oleh Negara Islam terhadap situs-situs keagamaan dan budaya di Mosul.
Kelompok militan itu merebut kota terbesar kedua Irak tersebut ketika menyerang wilayah utara negara itu pada bulan Juni, dan memberlakukan versi ekstrim dari apa yang mereka klaim sebagai hukum Islam.