Bangladesh - Polisi menangkap 3 orang termasuk 2 Muslim Rohingya terkait pembunuhan seorang bhiksu Buddha di kuil di Naikkhangchhari Upazila, Bandarban, Minggu lalu (15/5/2016), kata polisi.
Para tahanan tersebut diidentifikasi bernama Abdur Rahim, 25, dan Mohammad Zia, 26, keduanya Muslim Rohingya, dan Sa Mong Chak, 22.
Seperti yang dilaporkan Daily Sun pad Senin (16/5/2016), Abdur Rahim dan Mohammad Zia dijemput dari rumah mereka di Tadangkhali Para dan Titar Para, sedangkan Sa Mong Chak, dari rumahnya di Uppar Chak Para, kata Abul Khair, polisi yang bertugas dari kantor polisi Naikkhangchhari.
Abdur Rahim dan Mohammad Zia mengaku kepada polisi bahwa mereka adalah etnis Rohingya sementara Sa Mong Chak mengatakan bahwa ia adalah penduduk asli Naikkhangchhari.
Namun, penduduk setempat, termasuk kepala desa Chakpara, di mana wihara itu berada, mengatakan bahwa Sa Mong Chak juga etnis Rohingya.
Bhiksu Buddha bernama Maung Shue U Chak 73 tahun ditemukan tewas dengan leher tergorok di dekat kuil di dekat Desa Upor Chak Para di Baishari, Bandarban, pada Sabtu Sabtu (14/5/2016).
Terkait pembunuhan itu sejumlah umat Buddha di ibu kota Bangladesh melakuakn demonstrasi menuntut tidak adanya lagi pembunuhan terhadpa uamt Buddha di negara mayoritas berpenduduk Muslim tersebut.
Sejak 2013, sejumlah kaum minoritas, aktivis, blogger dan penerbit di Bangladesh tewas atau cedera serius dalam serangan yang diyakini dilakukan oleh ekstrimis Islam.
Kasus pembunuhan bhiksu Buddha ini bukan kasus pertama dan terakhir kekerasan yang menimpa kaum minoritas di Bangladesh. Tahun 2015 lalu seorang bloger dibunuh oleh Muslim Rohingya dan pada kasus yang terakhir menimpa seorang dokter desa yang tewas dibunuh dengan cara yang sama, pada Jumat (20/5/2015).
Pembunuhan dan pemerkosan juga kerap tejadi menimpa masyarakat adat di Bangladesh khususnya penganiayaan terhadap masyarakat adat Jumma di wilayah Chittagong Hills yang Kalangan internasional menganggap peristiwa ini sebagai genosida dan pembersihan etnis.[JD]
Demo stop membunuh umat Buddha di Bangladesh. Foto: nydailynews.com |
Seperti yang dilaporkan Daily Sun pad Senin (16/5/2016), Abdur Rahim dan Mohammad Zia dijemput dari rumah mereka di Tadangkhali Para dan Titar Para, sedangkan Sa Mong Chak, dari rumahnya di Uppar Chak Para, kata Abul Khair, polisi yang bertugas dari kantor polisi Naikkhangchhari.
Abdur Rahim dan Mohammad Zia mengaku kepada polisi bahwa mereka adalah etnis Rohingya sementara Sa Mong Chak mengatakan bahwa ia adalah penduduk asli Naikkhangchhari.
Namun, penduduk setempat, termasuk kepala desa Chakpara, di mana wihara itu berada, mengatakan bahwa Sa Mong Chak juga etnis Rohingya.
Bhiksu Buddha bernama Maung Shue U Chak 73 tahun ditemukan tewas dengan leher tergorok di dekat kuil di dekat Desa Upor Chak Para di Baishari, Bandarban, pada Sabtu Sabtu (14/5/2016).
Terkait pembunuhan itu sejumlah umat Buddha di ibu kota Bangladesh melakuakn demonstrasi menuntut tidak adanya lagi pembunuhan terhadpa uamt Buddha di negara mayoritas berpenduduk Muslim tersebut.
Sejak 2013, sejumlah kaum minoritas, aktivis, blogger dan penerbit di Bangladesh tewas atau cedera serius dalam serangan yang diyakini dilakukan oleh ekstrimis Islam.
Kasus pembunuhan bhiksu Buddha ini bukan kasus pertama dan terakhir kekerasan yang menimpa kaum minoritas di Bangladesh. Tahun 2015 lalu seorang bloger dibunuh oleh Muslim Rohingya dan pada kasus yang terakhir menimpa seorang dokter desa yang tewas dibunuh dengan cara yang sama, pada Jumat (20/5/2015).
Pembunuhan dan pemerkosan juga kerap tejadi menimpa masyarakat adat di Bangladesh khususnya penganiayaan terhadap masyarakat adat Jumma di wilayah Chittagong Hills yang Kalangan internasional menganggap peristiwa ini sebagai genosida dan pembersihan etnis.[JD]