Polri Gagalkan Rencana Teror ke Singapura dari Batam

Indonesia - Densus 88 Antiteror dari Kepolisian Republik Indonesia Jumat (5/8/2016), berhasil menangkap enam tersangka teroris, termasuk pemimpin kelompok yang memiliki rencana untuk menyerang Marina Bay, Singapura dengan menembakkan roket dari Batam, Kepulauan Riau.


Marina Bay, Singapura. Foto: wikipedia.org

Enam orang Muslim berusia antara 19 dan 46, ditangkap di berbagai lokasi di seluruh Batam. Dalam penangkapan tersebut ditemukan sejumlah senjata di salah satu lokasi, kompleks perumahan.

Enam pria terduga tersebut berasal dari kelompok teroris Muslim KGR@Katibah GR atau Katibah Gigih Rahmat atau Kitabah Gonggong Rebus, yang dipimpin oleh Gigih Rahmat Dewa (31), yang dikatakan sebagai orang yang berada di balik rencana untuk menyerang Marina Bay.

Lima terduga lainnya adalah: Trio Syafrido (46), seorang karyawan bank, dan para pekerja pabrik yaitu Eka Saputra (35), Tarmidzi (21), Hadi Gusti Yanda (20), dan M Tegar Sucianto (19). Menurut kepolisian Indonesia kelompok ini diduga menyembunyikan dua orang Muslim ekstremis dari etnis Uighur asal Tiongkok.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, sebanyak enam orang dibekuk di tempat berbeda. 

"Ya, memang ada rencana untuk serangan. Tapi rencana itu tidak terwujud," ujar Boy seperti yang dilansir Channel NewsAsia, Jumat (5/8/2016).

Rencana untuk menembakkan rudal roket dari Batam itu direncanakan dengan bantuan Bahrun Naim, pemimpin kelompok teroris Indonesia yang bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Bahrun diyakini salah satu otak dari serangan pada Januari di Jakarta Pusat, di mana delapan orang tewas termasuk empat pelaku.

Kabiro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Agus Rianto mengatakan, Gigih Rahmat Dewa (GRD) berencana meneror sejumlah pusat keramaian bersama Bahrun Naim.

"Yang bersangkutan bersama Bahrun pernah merencanakan untuk melakukan serangan teror ke negara tetangga kita, yaitu Singapura," kata Agus di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (5/8/2016). 

Agus mengatakan, keduanya berencana menyerang Singapura dengan menggunakan roket. Namun, Agus tidak mengetahui pasti kapan rencana serangan itu disusun.

Agus juga menambahkan, dari informasi yang diperoleh kepolisian, GRD disebut menjadi penerima dan penyalur dana untuk kegiatan radikalisme di Indonesia. Sumber dana tersebut berasal dari Bahrun Naim.

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Singapura (Ministry of Home Affairs - MHA), pada hari yang sama mengatakan sudah mengetahui rencana serangan teror tersebut dan sudah bekerja sama dengan kepolisian Indonesia.

"Badan keamanan kami telah berkoordinasi erat dengan pemerintah Indonesia sejak penemuan rencana serangan ini, untuk memantau kegiatan kelompok dan untuk menangkap mereka yang terlibat. Kami berterima kasih atas kerja sama yang baik oleh pemerintah Indonesia dan tindakan mereka untuk menangkap kelompok tersebut," kata Kementerian Dalam Negeri Singapura.

Kepolisian Singapura dan lembaga lainnya telah meningkatkan keamanan di dalam dan di perbatasan negara untuk menanggapi ancaman tersebut , MHA menambahkan.

MHA menambahkan, situasi ini menunjukkan bahwa ancaman teror terhadap Singapura sangat nyata dan menyarankan warganya agar tetap waspada.[JD]