Terbukti! Muslim Rohingya Bakar Desanya Sendiri untuk Cari Dana Internasional

Myanmar - Muslim Rohingya terbukti membakar desanya sendiri untuk mencari perhatian dunia internasional, setelah teroris Rohingya melakukan serangan terhadap pos penjaga perbatasan pada awal Oktober lalu.



Penyelidikan yang dilakukan oleh pemerintah negara bagian Rakhine membuktikan bahwa api yang terjadi di Desa Ngakhura yang mayoritas berpenduduk etnis Bengali (mengklaim diri sebagai Rohingya) pada 30 Oktober lalu dilakukan oleh warga etnis Bengali (Rohingya) itu sendiri untuk mencari perhatian dan menggalang dana internasional.

"Kami telah menyelidiki bahwa kios-kios pasar di Desa Ngakhura telah dibakar oleh pemiliknya sendiri. Mereka ingin melebelkan diri mereka sebagai pengungsi. Sekarang polisi mencoba untuk menangkap pelakuknya," kata Ming Aung, Juru bicara Pemerintah Negara Bagian Rakhine, seperti yang dilansir Eleven Myanmar, Selasa (1/11/2016).

Polisi Penjaga Perbatasan yang dipimpin oleh Kolonel Polisi Kyaw Tayzar telah memeriksa area tempat api membakar kios pasar yang dimiliki oleh Nuru Dien (warga etnis Bengali berusia 40 tahun) - putra dari D Mar Mau. Polisi menyaksikan bahwa tidak ada warga Rohingya yang berusaha memadamkan api tersebut, tetapi justru pasukan keamanan BGP dan warga etnis Rakhine yang memadamkan api tersebut.

Keenam kios pasar yang hancur karena api dimiliki oleh dua warga etnis Bengali (Rohingya) Nuru Dein dan Adu Salin.

Penyelidikan menunjukkan bahwa Nuru Dien membakar kiosnya untuk mendapatkan bantuan dana internasional setelah mendapatkan titel sebagai pengungsi; menyebarkan propaganda di media internasional bahwa pasukan BGP telah melakukan pembakaran; dan kemudian menyebarkan api ke desa-desa terdekat tempat warga Hindu tinggal.

Pelaku kini melarikan diri dan dalam pengejaran pihak berwenang. Pelaku dikenakan gugatan Pasal 436 UU Pidana Myanmar.

Tindakan fitnah dan propaganda ini tidak menutup kemungkinan telah dilakukan oleh Muslim Rohingya dalam beberapa kesempatan termasuk peristiwa kerusuhan 2012 lalu.

Sayangnya sejumlah media internasional dengan mudah mempercayai propaganda ini dan akhirnya banyak kalangan internasional yang juga ikut jatuh dalam propaganda ini.[JD]