Wartawan Reuters Ungkap Kesalahan Al Jazeera Tentang Genosida Rohingya

Amerika Serikat - Wartawan lokal untuk Reuters mengungkapkan kesalahan kantor berita Al Jazeera atas laporan dokumenternya mengenai adanya genosida Bengali (Rohingya) di Myanmar yang terjadi saat kerusuhan etnis di Rakhine pada tahun 2012 lalu.

Soe Zeya Htun, wartawan Reuters mengatakan bahwa beberapa foto yang digunakan untuk dokumen tersebut salah diidentifikasi, ia mengatakan secara khusus menunjuk bahwa salah satu gambar bahkan tidak terjadi di negara di mana sebuah konflik antara etnis Rakhine dan Bengali (Rohingya) terjadi tahun lalu (2012).  

"Gambar yang digunakan pada menit ke 16 dan detik ke 16 pada cuplikan video tersebut tidak berasal dari Sittwe seperti yang diklain Al Jazeera," kata wartawan Reuters tersebut dalam laporan Eleven Myanmar, 14 Januari 2013 yang lalu berjudul "Reuters reporter uncovers faults in Al Jazeera’s ‘Hidden Genocide’"

"Insiden di foto tersebut berasal dari sebuah ledakan pada Desember 2011, di sebuah gudang medis negara di Yangon," katanya.

"Saya sendiri yang mengambil foto itu untuk Reuters."

"Ada juga kesalahan lainnya dalam cuplikan tersebut. Mereka mengatakan bahwa  aksi pembakaran terjadi pada tanggal 8 Juni, tapi tidak ada kebakaran di Sittwe kemudian baru terjadi aksi tersebut di desa Mingan pada 10 Juni.

Gambar yang digunakan untuk menggambarkan aksi pembakaran pada 8 Juni adalah foto yang diambil oleh seorang fotografer dari kantor berita Agence France-Presse pada 17 Juni, kata Soe Zeya Htun dalam tulisannya di Facebooknya. Dia menekankan bahwa ia tidak mengklaim seluruh rekaman itu benar atau salah, tapi dia berpandangan ada beberapa kesalahan.

Pada pertengahan Desember, Menteri Urusan Perbatasan Thein Htay menolak penggunaan kata "genosida" untuk menggambarkan konflik tersebut karena tidak masuk di akal melihat jumlah penduduk Bengali (Rohingya) yang justru bertambah bukan berkurang.

"Pikirkan untuk diri Anda sendiri," kata Menteri Thein, menjelaskan bahwa jumlah Bengali (Rohingya) yang tinggal di negara tersebut telah meningkat dari 250.000 pada tahun 1980 menjadi 1 juta pada kahir tahun lalu (2011).

Tidak adanya indikasi genosida pada kerusuhan etnis Rakhine dengan Bengali (Rohingya) juga dinyatakan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan pers, Sabtu, 4 Agustus 2012 yang lalu[JD]