Palestina - Konflik di Tepi Barat kembali memanas, dan media sosial memicu kekerasan Palestina-Israel dengan menayangkan foto dan video kekerasan.
Empat warga Israel telah dibunuh di Yerusalem dan Tepi Barat dalam seminggu terakhir, dan dua warga Palestina tertembak mati dan puluhan terluka dalam bentrokan dengan pihak keamanan. Tiga tersangka penyerang warga Palestina telah tewas oleh polisi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Isreal, Emmanuel Nahason, memberikan kutipan dari surat yang dikirimkan ke Google Israel, perusahaan induk yang memiliki YouTube, dan juga mengatakan kontak dengan Facebook juga telah dilakukan.
"Video yang menceritakan serangan teror baru-baru ini, memuji para penyerang dan memperkenalkan Yahudi dan Israel dengan cara penuh kebencian dan rasis, dan karena penerbitan mereka, tiga serangan telah terjadi lagi sejauh ini," kata surat itu, seperti yang dikabarkan Reuters, Kamis (8/10/2015).
Dalam sebuah klip kekerasan oleh pro-Palestina yang diarsipkan di situs berita Israel, terdengar sebuah lagu dalam bahasa Ibrani beraksen Arab menyerukan untuk membunuh "Zionis" sementara yang lain berupa animasi penembakan sepasang warga Israel hingga tewas di Tepi Barat pekan lalu.
Situs-situs media sosial sering memanas-panasi ketika kekerasan Palestina-Israel meningkat, seperti yang terjadi pada perang Israel-Gaza tahun 2014, dengan berapi-api perdebatan antara pengguna dan kadang-kadang bahkan pejabat atau pejuang di kedua sisi, menyebar di seluruh pentas digital. Dan semenjak politik yang bersifat keduniawian tidak dipisahkan dalam agama Islam, konflik ini dengan mudah berubah menjadi konflik agama. [JD]
Video dan tulisan yang dibuat di media sosial menyalakan kekerasan bagi kedua belah pihak.Foto: AsiaOne.com |
Empat warga Israel telah dibunuh di Yerusalem dan Tepi Barat dalam seminggu terakhir, dan dua warga Palestina tertembak mati dan puluhan terluka dalam bentrokan dengan pihak keamanan. Tiga tersangka penyerang warga Palestina telah tewas oleh polisi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Isreal, Emmanuel Nahason, memberikan kutipan dari surat yang dikirimkan ke Google Israel, perusahaan induk yang memiliki YouTube, dan juga mengatakan kontak dengan Facebook juga telah dilakukan.
"Video yang menceritakan serangan teror baru-baru ini, memuji para penyerang dan memperkenalkan Yahudi dan Israel dengan cara penuh kebencian dan rasis, dan karena penerbitan mereka, tiga serangan telah terjadi lagi sejauh ini," kata surat itu, seperti yang dikabarkan Reuters, Kamis (8/10/2015).
Dalam sebuah klip kekerasan oleh pro-Palestina yang diarsipkan di situs berita Israel, terdengar sebuah lagu dalam bahasa Ibrani beraksen Arab menyerukan untuk membunuh "Zionis" sementara yang lain berupa animasi penembakan sepasang warga Israel hingga tewas di Tepi Barat pekan lalu.
Situs-situs media sosial sering memanas-panasi ketika kekerasan Palestina-Israel meningkat, seperti yang terjadi pada perang Israel-Gaza tahun 2014, dengan berapi-api perdebatan antara pengguna dan kadang-kadang bahkan pejabat atau pejuang di kedua sisi, menyebar di seluruh pentas digital. Dan semenjak politik yang bersifat keduniawian tidak dipisahkan dalam agama Islam, konflik ini dengan mudah berubah menjadi konflik agama. [JD]