Indonesia - Empat wanita Muslim Rohingya yang dikabarkan diperkosa di daerah penampungan Desa Blang Ado Aceh Utara pada Senin malam, (28/9/2015), ternyata berbohong.
Enam pengungsi wanita Muslim Rohingya di rumah penampungan Desa Blang Ado Aceh Utara pada awal pekan lalu dilaporkan telah mengalami pelecehan seksual. Seperti yang dilansir Kompas, Selasa, (29/9/2015), empat di antara Muslim Rohingya bahkan mengaku telah diperkosa oleh sejumlah orang tak dikenal ketika di luar lokasi pengungsian.
Berita tersebut membuat heboh rumah penampungan. Sehingga membuat ratusan pengungsi mengadakan aksi protes dan berusaha meninggalkan kamp pengungsian mereka. Aksi protes untuk melarikan diri tersebut dapat digagalkan oleh pihak kepolisian. Namun aparat kepolisian sempat mendapatkan perlawanan dan lemparan batu dari mereka.
Namun setelah dilakukan visum yang dilakukan RSU Cut Meutia menunjukkan, keempat wanita Muslim Rohingya itu tidak mengalami pemerkosaan.
Hal tersebut dinyatakan oleh Kapolres Aceh Utara AKBP Anang Triarsono setelah hasil visum menunjukkan tidak adanya tanda-tanda pemerkosaan terhadap empat wanita pengungsi Muslim Rohingya.
"Hasil visum menunjukkan tidak terjadi pelecehan seksual terhadap keempat pengungsi warga Rohingya itu," kata Anang seperti yang dilansir Kompas, Jumat (2/10/2015).
Kapolres menambahkan, isu pelecehan seksual itu terjadi setelah enam warga Muslim Rohingya yang sempat kabur dari penampungan ditemukan dan dibawa kembali. Awalnya, mereka mengaku keluar dari penampungan untuk bertemu dengan keluarganya yang datang dari Malaysia.
"Tiba-tiba mereka mengaku diperkosa, dan dua pria mengaku korban pelecehan seksual," kata Kapolres Anang.
Perilaku kriminal yang dilakukan Muslim Rohingya tidak hanya sekali ini saja. Setidaknya ada dua kasus kriminal yang dilakukan Muslim Rohingya dalam penampungan.
Agustus 2015 lalu pengungsi Muslim Rohingya terlibat tauran dengan sesamanya, dan berselang beberapa hari polisi menangkap pengungsi Muslim Rohingya membawa dan mengisap ganja di penampungan.
Muslim Rohingya merupakan etnis Benggala/Bengali asal Bangladesh yang mendapatkan tempat tinggal di Myanmar. Di negaranya, Bangladesh, mayoritas di antara mereka terlibat dalam kriminalitas.
Mudahnya Muslim Rohingya berbohong dengan mengatakan diri mereka diperkosa, maka memungkinkan pula mereka berbohong bahwa mereka telah dianiaya di Myanmar dan berpura-pura menjadi korban. Pemerintah Myanmar sendiri telah menegaskan bahwa tidak terjadi penaniayaan yang mengakibatkan Muslim Rohingya pergi dari tempat mereka tinggal.
Kasus pemerkosaan palsu terhadap wanita Muslim Rohingya ini telah mencoret nama bangsa Indonesia khususnya rakyat Aceh di mata dunia internasional.[JD]
Muslim Rohingya mengaku diperkosa membuat mereka berusaha lari dari penampungan. Foto: antaranews.com |
Enam pengungsi wanita Muslim Rohingya di rumah penampungan Desa Blang Ado Aceh Utara pada awal pekan lalu dilaporkan telah mengalami pelecehan seksual. Seperti yang dilansir Kompas, Selasa, (29/9/2015), empat di antara Muslim Rohingya bahkan mengaku telah diperkosa oleh sejumlah orang tak dikenal ketika di luar lokasi pengungsian.
Berita tersebut membuat heboh rumah penampungan. Sehingga membuat ratusan pengungsi mengadakan aksi protes dan berusaha meninggalkan kamp pengungsian mereka. Aksi protes untuk melarikan diri tersebut dapat digagalkan oleh pihak kepolisian. Namun aparat kepolisian sempat mendapatkan perlawanan dan lemparan batu dari mereka.
Namun setelah dilakukan visum yang dilakukan RSU Cut Meutia menunjukkan, keempat wanita Muslim Rohingya itu tidak mengalami pemerkosaan.
Hal tersebut dinyatakan oleh Kapolres Aceh Utara AKBP Anang Triarsono setelah hasil visum menunjukkan tidak adanya tanda-tanda pemerkosaan terhadap empat wanita pengungsi Muslim Rohingya.
"Hasil visum menunjukkan tidak terjadi pelecehan seksual terhadap keempat pengungsi warga Rohingya itu," kata Anang seperti yang dilansir Kompas, Jumat (2/10/2015).
Kapolres menambahkan, isu pelecehan seksual itu terjadi setelah enam warga Muslim Rohingya yang sempat kabur dari penampungan ditemukan dan dibawa kembali. Awalnya, mereka mengaku keluar dari penampungan untuk bertemu dengan keluarganya yang datang dari Malaysia.
"Tiba-tiba mereka mengaku diperkosa, dan dua pria mengaku korban pelecehan seksual," kata Kapolres Anang.
Perilaku kriminal yang dilakukan Muslim Rohingya tidak hanya sekali ini saja. Setidaknya ada dua kasus kriminal yang dilakukan Muslim Rohingya dalam penampungan.
Agustus 2015 lalu pengungsi Muslim Rohingya terlibat tauran dengan sesamanya, dan berselang beberapa hari polisi menangkap pengungsi Muslim Rohingya membawa dan mengisap ganja di penampungan.
Muslim Rohingya merupakan etnis Benggala/Bengali asal Bangladesh yang mendapatkan tempat tinggal di Myanmar. Di negaranya, Bangladesh, mayoritas di antara mereka terlibat dalam kriminalitas.
Mudahnya Muslim Rohingya berbohong dengan mengatakan diri mereka diperkosa, maka memungkinkan pula mereka berbohong bahwa mereka telah dianiaya di Myanmar dan berpura-pura menjadi korban. Pemerintah Myanmar sendiri telah menegaskan bahwa tidak terjadi penaniayaan yang mengakibatkan Muslim Rohingya pergi dari tempat mereka tinggal.
Kasus pemerkosaan palsu terhadap wanita Muslim Rohingya ini telah mencoret nama bangsa Indonesia khususnya rakyat Aceh di mata dunia internasional.[JD]