Cara Melawan Propaganda Khilafah di Twitter

Indonesia - Bagaimana cara melawan propaganda khilafah di Twitter yang dapat mengancam keberagaman dan toleransi di Indonesia? 

 


Khilafah adalah sebuah sistem pemerintahan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Secara umum, sebuah sistem pemerintahan bisa disebut sebagai khilafah apabila menerapkan syariat Islam sebagai dasar negaranya, dan dipimpin oleh pemimpin tunggal tertinggi yang disebut khalifah. Sistem khilafah ini telah diterapkan pada era awal-awal berkembangnya agama Islam. 

Khilafah tidak seindah mimpi

Sepanjang sejarahnya, peran khalifah dan bentuk kekhalifahan memiliki beragam corak yang sangat dipengaruhi keadaan politik dan keagamaan pada masa tersebut. Hal ini dikarenakan Islam memiliki sejumlah aliran atau mazhab yang masing-masing memiliki kaidahnya sendiri-sendiri mengenai kekhalifahan dan siapa khilafah yang sah.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa kekhalifahan tidak seindah mimpi-mimpi para pengasong khilafah di Indonesia. Tidak jarang dalam masa kekhalifahan terjadi perang saudara. Selain itu ada juga genosida terhadap agama dan etnis minoritas pada masa kekhalifahan.

Kekhalifahan Pertama (Kekhalifahan Rasyidin) hancur karena perang saudara meski belum setengah abad yaitu hanya berdiri 29 tahun (632–661). Perang terjadi diawali dengan dibunuhnya Khalifah Kedua Umar bin Khattab, kemudian dibunuhnya lagi Khalifah Ketiga Utsman bin Affan. 

Perang benar-benar pecah saat kepemimpinan Khalifah Keempat Ali bin Abi Thalib dengan peristiwa Fitna Pertama (656–661) yaitu pemberontakan Aisyah, Thalhah, dan Zubair terhadap Khalifah Keempat yang akhirnya juga mati dibunuh.

Dalam sudut pandang Sunni, Ali bersama tiga pendahulunya digolongkan sebagai Kekhalifahan Rasyidin. Di sisi lain, kelompok Syiah memandang bahwa Ali yang seharusnya mewarisi kepemimpinan umat Islam begitu wafatnya Nabi Muhammad atas tafsiran mereka dalam peristiwa Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya dipandang tidak sah.

Dari menentukan siapa yang berhak menjadi khalifah sudah menimbulkan selisih dan perang yang menelan banyak korban, masing-masing akan berpegang pada kaidahnya masing-masing. Dan fakta sejarahnya bahwa kekhalifahan tidak lepas dari perang perebutan kekuasaan antara sesama Muslim. Setidaknya ada 6 perang saudara (Fitna) dalam sejarah kekhalifaan di dunia.

Fakta sejarah kelam dan mengerikan lainnya adalah genosida yang dilakukan oleh kekhalifahan terakhir yaitu Kekhalifahan Utsmaniyah (Kekaisaran Ottoman, berlokasi di negara Turki sekarang) terhadap warga etnis minoritas Armenia yang dibantai pada tahun 1915–1917 dengan jumlah korban sebesar 1,5 juta nyawa. Dan sama seperti nasib kekhilafahan lainnya, Kekhalifahan Utsmaniyah juga hancur pada tahun 1924.

Dari fakta-fakta sejarah tersebut di atas jelas sistem khilafah tidak seindah yang yang dihalusinasikan oleh para pengasong khilafah di Indonesia, khususnya kaum Wahabi, Salafi dan Ikhwanul Muslimin.

Indonesia negara majemuk

Meskipun mayoritas penduduknya Muslim, Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan beragam agama dan etnis minoritas yang sama-sama pernah memperjuangkan kemerdekaan. Dan para pendiri bangsa telah berjuang mempersatukan bangsa dengan mendirikan negara Indonesia dengan melahirkan ideologi pemersatu yaitu Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dengan sistem pemerintah demokrasi merupakan hal yang sudah final dan tidak bisa diganggu gugat dan tidak bisa digantikan oleh ideologi lain termasuk ideologi yang berbau kekhalifahan.

Masyarakat Indonesia yang majemuk tidak bisa disatukan dengan sistem pemerintahan khilafah yang justru berbasis dan mengutamakan satu agama saja. Bahkan seperti dalam fakta sejarah, antara satu agama saja karena beda aliran/mazhab dapat terjadi perang untuk menentukan siapa khilafah yang sah.

Tidak ada alasan yang logis untuk mengubah sistem pemerintahan demokrasi di Indonesia menjadi sistem pemerintahan khilafah, selain hasrat napsu egois para pengasong khilafah yang ingin berkuasa dan menganggap diri mereka lebih suci dan benar dari anggota masyarakat lainnya. 

Propaganda khilafah di Twitter

Sayangnya, seperti para pengkhianat bangsa dan bahaya laten (PKI, NII, HTI, FPI), para pengasong ideologi kekhalifahan terus merongrong kehidupan berbangsa dan bernegara dengan propaganda khilafah melalui banyak cara.

Salah satu usaha para pengasong ideologi khilafah adalah menggunakan teknologi seperti media sosial sebagai propaganda ideologi, khususnya ditujukan untuk kaum muda. 

Salah satu media sosial yang mereka gunakan adalah Twitter. Cara propaganda khilafah yang mereka lakukan adalah dengan memposting banyak cuitan dengan menggunakan tanda pagar (tagar) atau hashtag (#) dengan diikuti dengan kata-kata propaganda, misalnya (contoh): #hidupkhilafah, dsb.

Tujuan dari mereka adalah supaya tagar yang mereka buat dapat masuk dalam daftar tren di Twitter sehingga dapat dilihat oleh pengguna Twitter khususnya di Indonesia.

Tentu saja mereka tidak bekerja seorang diri dan mungkin saja tidak hanya mengandalkan cara manual. Di antara mereka ada yang membentuk kelompok, menggunakan buzzer bayaran, hingga mungkin menggunakan robot. Biasanya mereka melakukan pekerjaan mereka di pagi hari saat belum banyak orang Indonesia menggunakan Twitter. Dengan demikian tagar mereka dapat dengan mudah masuk dalam daftar tren di Twitter.

Cara melawan propaganda khilafah di Twitter

Untuk melawan aksi propaganda khilafah di Twitter oleh buzzer khilafah diperlukan kerja sama anak bangsa yang mencintai toleransi dan keberagaman di Indonesia khususnya para influencer yang menggunakan media Twitter yang memiliki banyak follower (pengikut).

Berikut yang dapat dilakukan untuk melawan propaganda khilafah di Twitter:

1. Posting cuitan dengan tagar kebangsaan

Memposting dengan tagar kebangsaan secara bersamaan secara berkesinambungan adalah salah satu cara untuk menaikan tagar anti-khilafah supaya masuk dalam daftar tren. Para influencer dapat mengajak para pengikutnya untuk mencuitkan sesuatu di Twitternya masing-masing dengan melekatkan tagar anti-khilafah yang telah dipilih (misalnya: #bahayakhilafah) dan diusahakan untuk dijadikan tren di daftar tren Twitter. Cara ini membutuhkan kerja masif para nasionalis sejati, karena untuk menjadi tren, sebuah tagar perlu diposting oleh banyak akun Twitter.

2. Posting cuitan dengan tagar yang sama

Memposting cuitan dengan tagar yang sama dengan pengasong khilafah tetapi dengan isi postingan berupa informasi kebangsaan, cinta tanah air, fakta dan alasan mengapa sistem khilafah tidak bisa diterapkan di Indonesia. Cara ini jelas berisiko menaikkan tagar pengasong khilafah, namun sekaligus melawan dari dalam seperti layaknya malware komputer, sehingga orang yang mengklik tagar tersebut juga mendapat informasi kebangsaan dan fakta sebenarnya dari khilafah.

3. Melaporkan tagar

Tagar yang muncul dalam daftar tren di Twitter dapat dilaporkan ke pihak Twitter. Berikut caranya:

Untuk PC/komputer

- Masuk ke akun Twitter Anda.
- Lihat daftar tren di Indonesia (Tren untuk Anda) pada bilah kanan.
- Klik tiga titik (...) yang ada di samping kanan kata atau tagar yang tren yang ingin dilaporkan.
- Pilih dan klik "this trend is harmful or spammy" (Tren ini berbahaya atau spam).
- Selesai.

Untuk ponsel

- Masuk ke akun Twitter Anda.
- Gulir hingga ke bagian bawah layar.
- Klik icon kaca pembesar (Jelajahi) di bagian bawah.
- Daftar Trends for you (Tren untuk Anda) akan muncul.
- Klik tiga titik (...) yang ada di samping kanan kata atau tagar yang tren yang ingin dilaporkan.
- Pilih dan klik "this trend is harmful or spammy" (Tren ini berbahaya atau spam).
- Selesai.

Penting diingat: Tagar yang telah dilaporkan akan menghilang dari daftar tren di akun Anda, tetapi tidak langsung hilang dari akun orang lain. Untuk itu kerja sama dari banyak orang diperlukan untuk melaporkan tagar tersebut.

Dengan cara tersebut diharapkan setidaknya menghambat atau bahkan mematahkan pergerakan para pengasong khilafah di media sosial Twitter demi utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.[JD

Catatan:
Semua sumber fakta sejarah berasal dari wikipedia.org